5 Wasiat Nabi Adam pada Nabi Syits : Tentang Penyesalannya Terusir dari Surga -->

Header Menu

5 Wasiat Nabi Adam pada Nabi Syits : Tentang Penyesalannya Terusir dari Surga

Munawir M. Jamil
Friday 17 July 2020


Nabi Adam.as. adalah nabi yang pertama kali diciptakan oleh Allah Swt. Nabi Adam as. adalah bapak dari seluruh manusia. Allah Swt. berfirman tentang penciptaan Nabi Adam as. dalam QS. Al-Baqarah (2) : 30,

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ


Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Dalam Tafsir Jalalain Juz 1/hal.6, yang dimaksud khalifah dalam ayat tersebut adalah Nabi Adam.as. 

Adapun makhluk yang berbuat kerusakan di muka bumi sebelum Nabi Adam as., adalah jin. Mereka diusir oleh para malaikat ke pulau-pulau dan pegunungan.

Nabi Adam.as. berwasiat kepada salah satu putranya, yaitu Nabi Syits tentang lima hal (Lihat Kitab Mukasyafatul Qulub, Hal. 87). 

Beliau menyuruh agar wasiat ini juga disampaikan pada cucu-cucunya kelak. Adapun kelima wasiat tersebut adalah sebagai berikut;


Pertama

Jangan merasa nyaman hidup di dunia. Karena dulu aku bersenang-senang di surga, tapi akhirnya aku dikeluarkan darinya. 

Dalam artian, hidup di dunia jangan sampai terlena. Tapi juga jangan sampai merana. Dunia hanyalah senda gurau belaka. 

Dunia penuh tipu muslihat. Ia hanya panggung sandiwara. Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Hadid (57) : 20,

اِعْلَمُوْٓا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِۗ كَمَثَلِ غَيْثٍ اَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرٰىهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًاۗ وَفِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌۙ وَّمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانٌ ۗوَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ

"Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.

Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya.

Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu".

Jadi, pergunakan sebaik mungkin umur yang dimiliki. Jangan selalu merasa tenang atas dosa yang dilakukan, sekecil apapun.


Kedua

Jangan selalu ikuti nafsu (kemauan) istri kalian. Karena sebab mengikuti nafsu (kemauan) istriku dan memakan “buah khuldi”, aku dihinggapi penyesalan. Artinya, tidak semua permintaan istri kita harus dipenuhi. 

Adakalanya kita harus menolak permintaan mereka. Lebih-lebih dalam urusan duniawi. Karena terkadang seorang perempuan selalu ingin tampil “cantik dan mewah”. 

Bahkan sampai memaksa suaminya untuk berbuat di luar “batas”. Banyak laki-laki berbuat jahat (korupsi) dan sebagainya hanya gara-gara memenuhi gaya hidup istrinya yang glamour.


Ketiga

Sebelum bertindak, maka pikirkanlah dengan matang-matang akibat yang ditimbulkan. 

Andaikata aku berpikir akibat kelakuanku dulu, maka pastinya aku tidak akan ditimpa musibah ini (dikeluarkan dari surga). Artinya, sebelum melakukan sesuatu, kita harus memikirkan akibatnya terlebih dahulu. 

Jika itu baik, maka lanjutkan. Jika tidak, maka urungkan. Karena penyesalan pasti datang di kemudian hari. Baik dalam urusan yang sepele, apalagi yang gede.


Keempat

Ketika hati kalian amat cinta pada sesuatu (yang negatif) dan diliputi keraguan, maka jauhilah. Karena ketika aku makan “buah khuldi” Aku memiliki keraguan dengannya, namun hatiku memaksa untuk memakannya. 

Aku tidak mengabaikannya sehingga menyesal setelahnya. Artinya, tinggalkanlah perbuatan yang meragukan dan jangan ikuti kata hati yang hanya menjerumuskan pada hal yang tidak diridhai oleh Allah Swt., atau yang tidak disenangi oleh Rasulullah Saw., atau yang tidak direstui oleh Para Ulama. 

Karena itu akan mencelakakanmu, akibatnya akan menyesal.


Kelima

Bermusyawarahlah dalam menentukan suatu perkara. Karena Aku dulu tidak bermusyawarah terlebih dahulu dengan para malaikat sehingga aku ditimpa penyesalan. Artinya, mintalah pendapat orang lain yang ('arif dan bijaksana) terlebih dahulu sebelum memutuskan suatu perkara. 

Mintalah masukan atau saran dari keluarga, sahabat, guru, atau tokoh masyarakat. Baik dalam urusan yang nyata-nyata baik, apalagi yang masih samar. Allah Swt. berfirman dalam QS. Ali Imran (3) :159,


فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ


"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. 

Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. 

Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal".


Dalam ayat tersebut, nabi kita saja, Nabi Muhammad Saw. diperintahkan untuk bermusyawarah, apalagi kita umatnya yang memiliki serba kekurangan. 

Lebih patut lagi untuk bermusyawarah. Oleh karena itu, resapi dan renungi wasiat Nabi Adam.as. di atas. Lalu kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Wallah A’lam..